BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang dilalui seseorang selama masa perkembangan hidupnya. Berkaitan dengan perkembangan remaja, perlu disadari bahwa proses perkembangan itu terjadi melalui pengalaman dalam belajar. Para orangtua, guru, dan para pendidik lainnya yang bertanggung jawab dalam perkembangan remaja perlu memahami tugas-tugas perkembangan anak dan cara melayani anak yang sedang mengalami perkembangan. Apalagi hal yang berkaitan dengan perkembangan sosial remaja yang merupakan suatu hal yang perlu dipahami oleh para guru maupun orang-orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan sosial sangat penting untuk mengembangkan kepribadian dan prestasi belajar remaja.
Perkembangan sosial remaja sangat penting bagi kehidupan remaja selanjutnya. Perkembangan sosial mempengaruhi remaja dalam hubungan sosialnya dengan teman sebaya dan orang tua dan yang paling essensial dari perkembangan sosial remaja adalah pencarian identitas atau jati diri. Apabila perkembangan sosial tidak mengalami kesuksesan maka remaja tidak akan dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sosialnya dengan baik, sehingga pada masa dewasa akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya.
Remaja yang berkembang baik kepribadiannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasainya adalah membina hubungan sosial dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa selain dari guru dan orang tua. Remaja dapat berprestasi maksimal dalam belajar jika ia diterima dan dikagumi dalam kelompok sebayanya dan mampu memecahkan masalah social secara baik dengan orang dewasa terutama orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Tingkah laku social remaja dipengaruhi oleh berbagai factor seperti teman sebaya, orang tua, saudara kandung, guru, perkembangan kognitif dan konsep diri. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang perkembangan sosial remaja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Hakikat Perkembangan Sosial Remaja
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
3. Masalah yang Terkait dengan Perkembangan Sosial Remaja
4. Upaya Menumbuhkembangkan Perkembangan Sosial Remaja
5. Upaya Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Perkembangan Sosial Remaja Sesuai Bidang Bimbingan
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami hakikat perkembangan sosial remaja.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi perkembangan Sosial remaja.
3. Untuk mengetahui dan memahami masalah yang terkait dengan Perkembangan sosial remaja.
4. Untuk mengetahui dan memahami upaya menumbuhkembangkan perkembangan sosial remaja.
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya guru pembimbing mengatasi masalah perkembangan sosial remaja sesuai bidang bimbingan.
D. Manfaat Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui hakikat perkembangan sosial remaja.
2. Pembaca dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan Sosial remaja.
3. Pembaca dapat mengetahui masalah yang terkait dengan Perkembangan sosial remaja.
4. Pembaca dapat mengetahui upaya menumbuhkembangkan perkembangan sosial remaja.
5. Pembaca dapat mengetahui upaya guru pembimbing mengatasi masalah perkembangan sosial remaja sesuai bidang bimbingan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Bahkan, terkadang, perkembangan sosial remaja lebih mementingkan kehidupan sosialnya di luar ikatan sosialnya dalam keluarga. Perkembangan sosial remaja pada fase ini merupakan titik balik pusat perhatian. Lingkungan sosialnya sebagai perhatian utama.
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya diperlukan kompentensi sosial yang berupa kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain.
Syamsu (2001: 198) menjelaskan bahwa pada masa remaja perkembangan “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik yang menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jaringan persahabatan maupun percintaan (pacaran).
Selanjutnya Syamsu (2001: 198) menjelaskan bahwa pada masa ini juga perkembangan sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas remaja memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya.
Ada beberapa pengertian tentang perkembangan sosial, yaitu :
1. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
2. Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
3. Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
4. Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja, yaitu :
1. Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial remaja. Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial, dan nilai-nilai bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh orang tua. Disamping itu hubungan dengan orang tua merupakan hubungan paling akrab dibandingkan dengan siapapun dalam kehidupan remaja. Hubungan yang mendalam dan akrab besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja. Namun, karena remaja menjadi mandiri dan tidak mau lagi bergaul, diatur serta dituntut patuh oleh orang tua dalam kehidupan sosial, maka terjadi konflik antara orang tua dan remaja.
Andaikan konflik antara remaja dan orang tua berlangsung terus menerus akibatnya adalah kemandirian sosial yang sempurna tidak akan tercapai, karena hal berikut:
a. Orang tua (lingkungan sosial) yang membatasi kesempatan bagi remaja untuk mengambil keputusan sendiri, maka tindakan orang tua seperti ini tidak memberi kesempatan pada remajanya untuk mandiri.
b. Orang tua tidak dapat dijadikan model untuk memperoleh kemandirian sosial, karena orang tua ini memiliki sifat tergantung. Orang tua yang tidak mandiri cenderung tidak memberikan kesempatan mandiri bagi anak-anaknya dalam bertingkah laku sosial.
Biasanya pertentangan antara orang tua dan remaja tidak akan berlangsung lama dan akhirnya menjadi hubungan yang harmonis. Jika terjadi hubungan yang harmonis kembali dengan orang tua, maka remaja dapat memperkenalkan nilai-nilai baru kepada orang tuanya, sehingga orang tua dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Para ahli social learning seperti Bandura (1980), Gewirz (1969) menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh orang tua diadopsi oleh anak dengan cara meniru. Jika mereka remaja maka nilai-nilai itu mempengaruhi tingkah laku social remaja. Berikut ini dikemukakan berbagai tipe pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua dan bentuk tingkah laku sosial yang akan dimiliki remaja.
a. Tipe pemeliharaan menunjukkan cinta yang tulus dan sepenuh hati atau cinta tanpa syarat terhadap anak dan remajanya, maka anak dan remajanya memperlihatkan hubungan sosial yang baik dengan orang lain, cenderung memperlihatkan penilaian yang positif terhadap orang lain karena ia memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sendiri.
b. Tipe pemeliharaan yang hangat, dalam memberikan batasan-batasan dan disiplin terhadap anak dan remaja maka dalam bersosialisasi menampakkan tingkah laku yang sopan santun, mudah bekerja sama, kurang agresif, mandiri dan memiliki sifat bersaing yang sehat dengan teman sebaya.
c. Tipe pemeliharaan yang hangat tetapi terlalu bebas dibandingkan dengan tingkat perkembangan mereka, anak-anak dan remaja mereka cenderung bertingkah laku sosial yang tegas. Mereka cenderung agresif dan kurang mampu bekerja sama.
d. Tipe pemeliharaan yang menolak atau memusuhi, mengakibatkan remaja bertingkah laku sosial yang buruk sehingga cenderung menampilkan hubungan sosial yang buruk dengan teman sebaya, maupun dengan orang dewasa akan bertingkah laku nakal. Disamping itu, mereka menjadi berprestasi rendah dibandingkan kemampuan kognitif yang mereka miliki.
e. Tipe pemeliharaan yang terlalu membatasi tingkah laku anak dan remajanya, menimbulkan tingkah laku sosial yang salah suai karena anak memiliki perasaan yang tidak puas tentang dirinya. Anak yang dibesarkan dengan pemeliharaan seperti ini mempunyai dorongan keingintahuan yang rendah, kurang kreatif dan fleksibel dalam menghadapi masalah.
Status orang tua mempengaruhi hubungan sosial remaja. Status orang tua yang dimaksud adalah status pernikahan tanpa suami atau tanpa istri. Jika remaja wanita hanya dibesarkan oleh ibu saja maka hubungan sosialnya dengan pria kurang lancar karena memiliki perasaan malu yang berlebihan, merasa tidak nyaman kalau berhadapan dengan pria dan bahkan ada yang bersikap keras terhadap pria. Remaja pria yang dibesarkan tanpa ayah kurang menampakkan sikap yang tegas dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya, terutama lawan jenis.
2. Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak. Oleh karena itu remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur 4 tahun. Dengan demikian, sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja khususnya tingkah laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak dilakukan kegiatan kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial seperti kerjasama, saling membantu, saling menghormati dan menghargai misalnya kelompok belajar, kelompok pengembangan bakat khusus seperti kelompok menyanyi, menari, olahraga dan keterampilan khusus lainnya.
Fungsi sekolah lainnya dalam mengembangkan tingkah laku sosial adalah menyiapkan model-model bertingkah laku sosial baik itu guru, petugas administrasi maupun siswa-siswa lainnya.
3. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan sosial, mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam mengatasi kesulitan dalam rangka mencapai kemandirian. Teman sebaya dijadikan tempat memperoleh sokongan dan penguatan, guna melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan teman sebaya bagi perkembangan sosial remaja, maka apabila terjadi penolakan dari kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan dalam hubungan sosial.
C. Masalah yang Terkait dengan Perkembangan Sosial Remaja
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial.
Masalah yang terkait dengan perkembangan sosial remaja adalah :
1. Siswa tidak toleran dan bersikap superior.
2. Kaku dalam bergaul.
3. Peniruan buta terhadap teman sebaya.
4. Kontrol orang tua
5. Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
6. Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.
7. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
8. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok.
9. Perasaan menyerah.
10. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
11. Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.
12. Terkenal sebagai orang yang tidak sportif.
13. Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapian.
14. Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, menggangu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama dan kurang bijaksana.
15. Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan.
16. Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah.
17. Status sosioekonomis di bawah status sosioekonomis kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
18. Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga atau karena bekerja sambilan.
D. Upaya Menumbuhkembangkan Perkembangan Sosial Remaja
Hal yang harus dilakukan remaja dalam upaya menumbuhkembangkan perkembangan sosialnya adalah:
1. Di Lingkungan Keluarga
• Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga.
• Menerima otoritas orang tua dan mau mentaati peraturan yang ditetapkan orang tua.
• Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
• Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya.
2. Di Lingkungan Sekolah
• Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah.
• Berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah.
• Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.
• Bersikap hormat dan patuh terhadap guru dan semua personil sekolah.
• Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Di Lingkungan Masyarakat
• Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain.
• Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.
• Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain.
• Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan masyarakat.
E. Upaya Guru Pembimbing Mengatasi Masalah Perkembangan Sosial Remaja Sesuai Bidang Bimbingan
Dalam masalah sosial, guru pembimbing sangat dibutuhkan dalam menangani masalah ini. Dengan cara mendiagnosis masalah sosial siswa, diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang mengalami masalah sosial. Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan sosialnya, guru pembimbing harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan sosial yang melanda siswa. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi klien lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan. Dalam melakukan diagnostic sosial siswa perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial.
Dalam mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosial, cara yang paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.
2. Memahami sifat dan jenis masalah sosial.
Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam hubungan apa saja peserta didik mengalami masalah sosial. Dalam hal ini guru pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam pergaulan, baik di sekolah, rumah dan masyarakat.
3. Menetapkan latar belakang masalah sosial.
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan, selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru, wali kelas, orang tua dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang luas dan jelas.
4. Menetapkan usaha-usaha bantuan.
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang diperoleh.
5. Pelaksanaan bantuan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan sosial dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar belakangnya. Pemberian bantuan ini bisa dilakukan melalui layanan konseling kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok.
6. Tindak lanjut.
Tujuan langkah ini ialah untuk menilai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai bantuan telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus, baik selama, maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilannya.
Dalam menjalankan tugasnya, guru pembimbing harus mengacu kepada BK pola 17 plus karena guru pembimbing sebagai sosok dalam penentu berhasil atau tidaknya proses konseling itu. Adapun BK pola 17 plus itu terdiri atas enam jenis bidang bimbingan: bimbingan pribadi, belajar, sosial, karir, berkeluarga, beragama. Dan sembilan jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi. Serta lima kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Satuan dari kegiatan pola BK 17 plus sebagai berikut : Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, yang dilandasi budi pekerti dan tanggung jawab kemasyarakatan dan bernegara. Bimbingan pribadi berorientasi pada diri individu sendiri, bidang pengembangan sosial, yaitu hubungan individu dengan orang-orang lain. Unsur-unsur komunikasi dan kebersamaan dalam arti yang seluas-luasnya menjadi acuan pokok dalam bidang pengembangan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan sosial merupakan suatu tugas perkembangan yang harus dikuasai pada periode remaja. Remaja dituntut dapat bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih luas daripada hanya dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Mereka dituntut mampu bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat orang dewasa yang lebih luas. Bertingkah laku sosial pada periode remaja berarti melakukan proses sosialisasi sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat, sehingga sukses dalam kehidupan kelompok sebaya maupun dalam masyarakat umumnya.
Remaja yang berkembang tingkah laku sosialnya dapat diketahui dari ketertarikannya terhadap lawan jenis, kemandirian sosial, kesenangan berkelompok dengan teman sebaya. Untuk itu mereka sangat membutuhkan keterampilan sosial dan kepribadian yang dapat diterima dalam kelompok serta menghindari kepribadian yang ditolak oleh kelompok.
B. Saran
Masa remaja merupakan masa dimana individu mencari identitas atau jati dirinya, dalam fase ini remaja mengalami kesulitan dalam menjalani perkembangan sosialnya, agar remaja tidak terjerumus ke dalam lingkungan sosial yang menyimpang, oleh sebab itu peran guru dan orang tua menjadi sangat penting dalam membantu remaja mengatasi hambatan-hambatannya dalam kehidupan sosialnya.