Self Regulated Learning (SRL)

Pada hakekatnya SRL merupakan kemampuan mengontrol perilaku diri sendiri terhadap suatu situasi tertentu.

Pada hakekatnya SRL merupakan kemampuan mengontrol perilaku diri sendiri terhadap suatu situasi tertentu. Nilai pengaturan SRL dibuat berdasarkan keyakinan kemampuan diri sendiri. Di dalam situasi akademis, SRL dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dihadapi.

Konsep Diri

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Teori tentang konsep diri (self-concept) dan pandangan mengenai diri (views of self) dikemukakan oleh Abraham Maslow (1962) dan Carl Rogers (1961), mereka berpandangan bahwa kompetensi berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian kita terhadap diri kita sendiri.

Analisis Strategi Konseling Berwawasan Budaya Indonesia

Analisis Strategi Konseling Berwawasan  Budaya Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Strategi konseling yang dipilih oleh konselor untuk membantu memecahkan masalah konseli merupakan komponen penting dalam proses konseling. Suatu strategi konseling biasanya berkaitan dengan teori atau model konseling tertentu, masing-masing teori atau model konseling memiliki seperangkat strategi konseling yang terintegrasi kedalam keseluruhan proses konseling. Thompson (2003) menyatakan bahwa saat ini telah ada lebih dari 300 strategi konseling dari berbagai orientasi teoritik.

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
BAB II

PEMBAHASAN

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

2.1 Pengertian Diagnosis

A. diagnosis

Diagnosis merupakan istilah teknis dibidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut :

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala – gejalanya.

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan – kesalahan dan sebagainya yang essensial.

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksaama atas gejala – gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, scera implicit telah mencakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis, karakteristik maupun latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

B. Pengertian kesuitan belajar.

kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi, dengan demikian , iQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

Burton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat dianggapa mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan – tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :

1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.

2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasil yang memuaskan.

3. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat pengusaaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.

C. Diagnosis Kesulitan Belajar

Dengan mengaitkan kedua pengertian diatsa maka kita dapat mendefinisikan diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan – kesulitan belajar dengan menghimpun berbagai informasi selengkap mungkin sehingga mempermudah dalam pengambilan kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.


2.2 gejala dan ciri.

A. Gejala Kesulitan Belajar.

Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada komponen – komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar – mengajar sendiri.

Berbagai variabel yang mempengaruhi proses belajar – mengajar menurut loree (1970:121-133) terdiri atas:

1. Learning Variables, Mencakup:

a. Learning Experience Variables, antara lain mengenai

· Method Variables, menyangkut kuat lemahnya motivasi untuk belajar, intensif – tidaknya bimbingan guru dan ada – tidaknya kesempatan untuk praktikum.

· Task Variables, mencakup menarik-tidaknya apa yang harus dipelajari, bermakna- tidaknya apa yang dipelajari dan tersedia-tidaknya fasilitas belajar yang memadai.

b. Enviromental Variables, yang menyangkut iklim belajar yang bergantung pada faktor tersedianya waktu yang cukup untuk belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai

2. Organismic Variables, mencakup

1. Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inttelegensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin dan kesiapan untuk belajar.

2. Mediating Processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta, antara lain, intelegensi, persepsi, motivasi, takut, cemas dan tekanan batin yang sebagainya turut berperan dalam proses berperilaku belajar.

3. Response Variables

Jika dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.:

1. Tujuan – tujuan kognitif , seperti pengetahuan, konsep – konsep dan keterampilan pemecahan masalah.

2. Tujuan – tujuan afektif, seperti sikap – sikap, nilai – nilai, minat dan apresiasi.

3. Tujuan – tujuan pola pola bertindak, antara lain ;

· Keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis, dsb.

· Kompetensi – kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dsb.

· Kebiasaan – kebiasaan, seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran, kerapian, dsb.

individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.

1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.

2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya.

3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.

6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.

7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst.

B. Ciri-Ciri.

Ciri-ciri kesulitan belajar yang dapat dan sering didiagnosis adalah:

1. Gangguan perhatian pada anak – anak

Anak tidak mampu memusatkan perhatiannya kepada sesuatu hal atau objek tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli menyebutkan perhatian anak pada kelompok ini kurang dari 10 detik.

2. Distrakbilitas

Akibat kekurangan perhatian, penderita mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan rangsang yang kurang menonjol, yang dapat berupa distrikdistrikbilitas visual, auditoris, dan internal.

Pada distribilitas visual, konsentrasi visual dialihkan ke benda- benda yang dilihatnya. Kedua matanya terus menerus menyelidik dan mencari pengalaman visual yang lebih seru serta lebih baik, akibatnya penderita sering memperlihatkan kekeliruan khas sewaktu membaca dan cenderung melompati kata – kata atau bahkan melewati begitu saja kalimatnya.

Pda distrikbilitas auditoris menyebabkan perhatian mudah teralih kepada suara – suara latar belakang. Pada distrikbilitas internal menyebabkan penderita terganggu oleh rangsangan yang berasal dari dalam dirinya berupa pikiran, ngatan, maupun asosiasiaya sendiri. Terlihat penderita sering melamun sehingga tidak memperhatikan pelajaran di kelas.

3. Impulsif

Artinya cenderung bertindak tanpa mempertimbangkan akibat tindakana itu mereka cenderung memberikan respon pertama yang msuk dalam pikirannya dan lebih senang “cepat selesai” dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mengutamakan ketelitian. Akibat impulsivitas, penderita tidak tepat dalam membaca, mengeja dan berhitung meskipunkonsep dasarnya telah dikuasai dengan baik.

4. Kurang Ulet

Penderita akan menunjuukan sifat kurang ulet dalam bekerja sehingga pekerjannya jarang ernah selesai, selain itu juga akan mudah lelah sehingga berpikir lama kan mudah menguap, menggeliat, biasanya jam tidur juga tidak berimbang, siang hari suka tidur dan pada malam hari sering terbangun.

5. Selalu Berubah

Perhatian penderita akan sangat bergantung pada motivasinya, pada motivasi yang tinggi fokus perhatian akan lebih tajam, misalnya ; mengikuti acara televisi tertentu.

6. Inkoordinasi

Artinya sukar melakukan kegaiatn motorik halus sehingga mengalami keslitan dalam menyalakan korek api, bermasalah dengan resleting, dan lain – lain.


2.3 kedudukan diagnosis kesulitan belajar.

Ketidak berhasilan dalam proses belajar mengajarkan dalam mancapai katuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya pada satu faktor akan tetapi kepada banyak faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Faktor yang dapat kita persoalan adalah siswa yang dapat kita persoalan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses.yang penting dalam proses diagnosis kesulitan adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi iswa agar pengajar perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Bila tela ditemukan bahwa sejumlah siswa tidak memenuhi criteria persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, kegiatan diagnoss terutama harus ditunjukan kepada:

· Bakat yang dimiliki siswa yang berbeda antarayang satu dari yang lainnya.

· Ketekunan dantingkat usaha yang dilakukan siswa dalam menguasai bahanyang dipelajarinya

· Waktu yang tersedia yang tersedia yang dapatsesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik individu.

· Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajarnya.

· Ingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa ssehingga dapat ditentukan perbaikannya apa cukup dengan cara yang sama mengambil alternative kegiatan lain melalui pengajaran remedial.


2.4 latar belakang diagnosis kesulitan belajar.

Fenomena kesulitan beljar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulian belajar juga dapat dibutikan dengan menculnya kalainan prilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri yang disebutkan faktor internal, dan yang terdapat diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal.

menurut Burton ( 1952 : 633 – 640 ), variabel yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.

A. Faktor – faktor dari dalam diri siswa, anatara lain ;

Ø Kelemahan secara fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau sakit, kurang berkembangnya panca indera sehingga menyulitkan proses interaksi penyakit menahun dan ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi.

Ø Kelemahan – kelemahan secara mental, seperti cacat mental, kurang semangat, serta trauma.

Ø Kelemahan – kelemahan emosional, seperti terdapatnya rasa tidak aman, tercekam rasa phobia, maupun ketidakmatangan.

Ø Kelemahan – kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah.

Ø Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti membaca, menghitung, dsb.

B. Faktor – faktor dari luar diri siswa, antara lain ;

a. Kurikulum yang seragam ( uniform ), bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat – tingkat kematangan.

b. Terlalu berat beban belajar / mengajar bagi siswa / guru.

c. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas.

d. Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

e. Kekurangan gizi.

Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.

1. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.

· Faktor kejiwaan, antara lain :

1) minat terhadap mata kuliah kurang;

2) motif belajar rendah;

3) rasa percaya diri kurang;

4) disiplin pribadi rendah;

5) sering meremehkan persoalan;

6) sering mengalami konflik psikis;

7) integritas kepribadian lemah.

· Faktor kejasmanian, antara lain :

1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);

2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;

3) adanya gangguan pada fungsi indera;

4) kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain :

1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;

2) Kurikulum yang terlalu berat bagi mahasiswa;

3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;

4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :

1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;

2) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;

3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;

4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala – gejalanya.

kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi, dengan demikian , iQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.

3.2 saran

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan masukan dari pembaca dapat menambah kesempurnaan dari makalah ini. Muda-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto.(1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Siti Mardiyati et al. (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.

Warkitri, H. et al. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.

Bidang pendidikan .blogspot.com/2010/12/pngertian-dan-latar-belakang.html?m=1

KONSELING EGO (KONEGO)

KONSELING EGO (KONEGO)
MAKALAH

MODEL MODEL KONSELING (MOMOKO)

Tentang

KONSELING EGO (KONEGO)


OLEH :

KELOMPOK II

BK 012 E

NURMAILIZA SARI 
 12060141

NORIMAR JUNITA 
12060150

NOVI ERISTA 
12060164

EVA SUSIETI 
 12060166

RIGITA 
 12060159


DI BIMBING OLEH :

Dra. Hj. Fitria Kasih.,M.Pd.,Kons

Nofrita.,S.Pd.I.,M.Pd. Kons



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2014

==================================================